WISATA RELIGI MA. ROUDLOTUL MUTA’ALLIMIN


Pada tanggal 28-30 Desember 2018, MA. Roudlotul Muttaalimin melaksanakan Wisata Religi ke beberapa Makam Wali di Jawa Timur. Wisata tersebut bertujuan untuk menambah wawasan siswa mengenai sejarah Wali di Jawa Timur serta sebagai sarana untuk mengurangi kejenuhan siswa atas aktifitas sekolah sehari-hari. Wisata religi ini diikuti oleh siswa kelas XI IPA 1 dan 2 beserta guru pembimbing. Guru pembimbing yang mengikuti Wisata Religi diantaranya: Bu Chollifatus, Bu Ayunin, Bu Evi, Bu Anggi, Pak Alwi, Pak Irsada, Pak Hendrik, Pak Zuhri, dan juga Pengasuh Pondok Pesantren yakni Bapak K.H. Imam Taufiq, M.Pd.I. Beberapa tempat yang dikunjungi yakni:

1. Pondok Pesantren PETA

Nama Pondok PETA merupakan singkatan dari PESULUKAN THORIQOT AGUNG yang mengandung arti sebuah pondok pesulukan yang mengajarkan tiga thoriqot agung sekaligus, yaitu :

a. Thoriqot Qodiriyah wa Naqsyabandiyah
b. Thoriqot Naqsyabandiyah
c. Thoriqot Syadziliyah

Pondok Pesantren tersebut terletak di jalan Jl. Kyai Haji Wahid Hasyim No.27, Hutan, Kauman, Kec. Tulungagung, Kabupaten Tulungagung. Pada tahun 1930 Pondok Pesantren ini mulai dikenal oleh masyarakat luas dengan nama Pondok Kauman. Sebuah pondok yang di rintis oleh Al Mukarrom romo KH. Mustaqien bin Muhammad Husain, Qoddasallahu Sirrohu sekitar tahun 1930-an kemudian dilanjutkan oleh putra beliau Hadrotus Syech KH. Abdul Jalil, Qoddasallahu Sirrohu. Syech Mustaqiem yang wafat tahun 1970 dalam usia 69 tahun.

2. Sunan Bonang

Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Beliau adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonangadalah sebuah desa di kabupaten Rembang. Nama Sunan Bonang diduga adalah BongAng sesuai nama marga ayahnya Bong Swi Hoo atau lebih dikenal dengan sunan ampel. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 m,dan saat ini makam aslinya di kota Tuban. 

Sunan Bonang adalah orang pertama yang mengenalkan alat musik dari tembaga yaitu Bonang. Beliau juga merubah gamelan jawa yang saat itu kental dengan estetika hindu, dengan memberi nuansa baru. Beliaulah yang menjadi kreator gamelan jawa seperti sekarang , dengan menambah instrumen bonang. Gubahanya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang

3. Syeik Asmoro Qondi

Syeik Ibrahim Asmoroqondi atau Syeikh Ibrahim as-Samarqondi yang dikenal sebagai ayahanda Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel),makamnya terletak di Desa Gesikharjo,Kecamatan Palang ,Kabupaten Tuban.Syeikh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand,Asia Tengah,pada paruh kedua abad ke-14.Babad Tanah Jawi menyebut nama nya dengan sebutan Makdum Ibrahim Asmoro atau Maulana Ibrahim Asmoro.Sebutan itu mengikuti pengucapan lidah Jawa dalam melafalkan as-Samarqondi,yang kemudian berubah menjadi Asmoroqondi.Konsep ajaran Syeikh Maulana Ibrahim Asmoro Qondi salah satunya dapat ditelisik dipintu gerbang masjid.Ditempat itu terpampang tulisan ,sabar,nerima,ngalah,loman,akas dan temen,yang memiliki makna mendalam bagi kehidupan umat manusia di muka bumi.

4. Maulana Ishaq

Maulana Ishaq adalah anak dari Syeik Jumadil Qubro. Syeik Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq ,yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa.Syeik Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan Samudra Pasai.Syek Jumadil Qubro bukan keturunan Jawa, melainkan dari Asia Tengah.Syeik Jumadil Qubro dan kedua anaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq lahir di Samarkand, Uzbekistan.Mereka masih kerabat dekat Laksamana Cheng Ho.Beberapa versi babad yang meyakini bahwa Syeik Jumadil Qubro adalah keturunan ke-10 dari Husein bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW.

5. Sunan Drajat

Sunan Drajat – Raden Qosim atau Sunan Drajat merupakan putra kedua dari Sunan Ampel, dan juga termasuk dalam anggota Walisongo yang sangat berpengaruh di pulau Jawa. Beliau merupakan wali Allah yang sangat berjiwa sosial dan bijaksana, terutama dalam mensejahterakan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan di sekitar Paciran. Selain itu beliau juga ahli dalam bidang kesenian dan merupakan pelopor dari terciptanya melodi orkestra gamelan Jawa.

Sunan Drajat merupakan anak kedua dari lima bersaudara, bersama dengan Sunan Bonang, Siti Muntisiyah (istri dari Sunan Giri), Nyai Ageng Maloka (istri dari Raden Patah), dan istri dari Sunan Kalijaga.Dari silsilah Sunan Ampel, maka Sunan Drajat termasuk cucu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang perintis dan pelopor pertama yang membawa Islam di tanah Jawa.

Sementara itu, Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Asmarakandi merupakan anak dari seorang ulama besar dari Persia, yakni Syekh Jamaludin Akbar atau Jumadil Kubro yang dipercaya sebagai keturunan ke-10 Sayidina Husein, cucu dari Nabi Muhammad SAW.Ibu dari Sunan Drajat merupakan putri dari adipati Tuban yaitu Arya Teja IV, dan masih memiliki nasab dengan Ronggolawe. Ketika masih muda Sunan Drajat sering dipanggil dengan nama Raden Syarifuddin. Selain itu, beliau juga memiliki gelar Sunan Mayang Madu yang diberikan oleh Sultan Demak pertama (Raden Patah), dan masih banyak gelar lainnya seperti Sunan Muryapada, Maulana Hasyim, dan Syekh Masakeh.

6. Asta Tinggi

Adalah kawasan pemakaman khusus para Pembesar/Raja/Kerabat Raja yang terletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebun Agung Sumenep. Dalam bahasa Madura, Asta Tinggi disebut juga sebagai Asta Raja yang bermakna makam para pangradja(pembesar kerajaan) yang merupakan asta/makam para raja, anak keturunan beserta para kerbatnya yang dibangun sekitar tahun 1750 M. 

Luas area komplek makam ini berukuran 112,2 meter x 109,2 meter yang dikelilingi tembok yang hanya terdiri dari batu kapur yang tersusun rapi tanpa bahan adukan semen dan pasir, sedangkan arsitektur bangunan yang ada di makam tersebut di pengaruhi oleh kebudayaan beberapa daerah(Belanda,Arab,China maupun Jawa). Kendati sekilas kebudayaan Hindu masih menonjol. Kawasan Asta Tinggi dibagi menjadi 7 bagian yang terdiri dari:

a. Kawasan Asta Induk
b. Kawasan Makam Ki Sawunggaling
c. Kawasan Makam Patih Mangun
d. Kawan Makam Kanjeng Kai/Raden Adipati Suroadimenggolo
e. Kawasan Makam Raden Adipati Pringgoloyo/Moh. Saleh
f. Kawasan Makam Raden Tjakrasudibyo
g. Kawasan Makam Raden Wongsokoesomo

7. Api tak kunjung Padam

Api tak kunjung padam merupakan sebuah tempat wisata yang begitu menakjubkan terdapat di pulau Madura bagian timur. Tepatnya terletak di desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan yang berjarak 4 km ke arah selatan dari kota Pamekasan. Jengkah, begitu masyarakat setempat menyebut tempat wisata ini.

Api tak kunjung padam ini merupakan api abadi yang tidak pernah padam meski diguyur hujan lebat sekalipun. Bukan berarti api ini akan tetap hidup diwaktu hujan, melainkan mati apabila hujan dan akan kembali menyala setelah hujan berhenti. Nyala api tak kunjung padam ini berada di dalam lingkarang pagar, jadi warga sekitar tidak perlu takut api ini akan menjalar ke rumah mereka. Jika tanah disekitar titik api ini digali, maka akan timbul nyala api yang besar berwarna biru seperti pada kompor gas dan bertekanan udara.

8. Makam aer mata arosbaya (aer mata ibu)

Asal usul komplek pemakaman Aer Mata berasal dari kisah Pangeran Cakraningrat I (Raden Praseno), yang memerintah Pulau Madura dalam kurun waktu sekitar tahun 1624-1648.

Saat masa pemerintahan Cakraningrat I sendiri, Madura lebih banyak dikendalikan dari Mataram. Pasalnya, saat itu, tenaga, pikiran, dan kepiawaian Cakraningrat I juga dibutuhkan oleh Sultan Agung, selaku pimpinan Mataram ."Melihat keadaan yang seperti itu (ditinggal bertugas), membuat beliau (Syarifah Ambami) sedih. Siang malam menangis, meratapi dirinya yang terus ditinggal sang suami," ujar Slamet, yang juga merupakan penulis buku Makam Aer Mata: Makam Kanjeng Ratoe Iboe Syarifah Ambami 1546-1569.

Saat hatinya gelisah dan dirundung kesedihan, menurut Slamet, akhirnya Syarifah Ambami sendiri memilih untuk menyendiri di tempat yang sepi (bertapa). Dalam masa pertapaan tersebut, Syarifah memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar kelak tujuh turunannya dapat ditakdirkan menjadi penguasa pemerintahan Pulau Madura.Usai bertapa dan berfirasat, jika yang diminta bakal terkabul, Syarifah pun memilih pulang ke Kabupaten Sampang. Selang beberapa tahun kemudian, Pangeran Cakraningrat I datang dari Mataram, bergegas pergi mencari Syarifah yang kemudian mendapat gelar Ratu Ibu.

Saat bertemu dengan Cakraningrat I, perasaan Ratu Ibu berbunga-bunga, bahkan menceritakan kalau dirinya habis bertapa dan meminta agar tujuh turunannya menjadi pemimpin Madura. Mendengar cerita tersebut, Cakraningrat I sendiri bukan malah bangga, sebaliknya dia kecewa karena cuma berdoa tujuh turunan saja.Pasca mendengar cerita dari Ratu Ibu, akhirnya Cakraningrat I memutuskan untuk kembali lagi ke Mataram. "Nah, mungkin merasa bersalah pada sang suami, Ratu Ibu sedih, memilih kembali untuk bertapa di tempat yang sama," tegas Slamet.

Saat menjalani masa pertapaan, yang diyakini oleh warga sekitar bertempat di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Ratu Ibu terlihat bersedih dan terus menerus menangis. Bahkan, dalam cerita dari warga sekitar, air mata yang keluar sampai membanjiri tempat pertapaan beliau. Itu terjadi hingga beliau wafat dan dikebumikan di tempat pertapaannya.Sampai sekarang tempat pertapaan tersebut, menjadi situs bersejarah yang oleh warga sekitar dinamakan Makam Aer Mata Ratu Ibu, terletak di Dusun/Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan

9. Syekh Kholil Bangkalan

KH. Kholil Bangkalan Madura lahir pada hari selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M dari Abdul Lathif seorang Kyai di Kampung Senenan, Desa Kemayoran,Kecamatan Bangkalan,Kabupaten Bangkalan, Ujung Barat Pulau Madura , Jawa Timur.Masa hidup Mbah Kholil ,tidak luput dari gejolak perlawanan terhadap penjajah.Tetapi, dengan caranya sendiri Mbah Kholil melakukan perlawanan.Salah satunya dalam bidang pendidikan, beliau mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pemimpin yang berilmu , berwawasan,tangguh dan mempunyai integritas,baik kepada agama ataupun bangsa.Ini di buktikan dengan banyaknya pemimpin umat dan bangsa yang lahir dari tangannya. Diantara sekian banyak murid Mbah Kholil yang cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa Indonesia ialahKH. Hasyim Asy`ari (Pendiri pondok pesantren Tebuireng,Jombang,dan peengasas Nahdlatul Ulama/NU), KH. Abdul Wahab Chasbullah (pendiri pondok pesantren tambak beras, jombang), KH.Bisri Syamsuri ( pendiri pondok pesantren Denanyar ,Jombang ), KH.Ma’shum ( pendiri pondok pesantren Lasem,Rembang, adalah Ayahanda KH.Ali ma’shum ), KH.Bisri Musthofa (pendiri pondok pesantren Rembang),dan KH.As’ad Syamsul ‘arifin (pengasuh pondok pesantren Asembagus,Situbondo).

10. Sunan Ampel

Sunan Ampel adalah anak dari Syeikh Asmoro Qondi. Nama kecil Sunan Ampel adalah Sayyid Muhammad 'Ali Rahmatullah, sesudah pindah ke jawa timur diberi panggilan oleh masyarakat dengan panggilan Raden Rahmad atau Sunan Ampel. Lahir pada tahun 1401 masehi di "Champa". Dakwah Sunan Ampel dengan masyarakat akar rumput dilakukun dengan cara pembauran dan pendekatan, beda halnya dengan metode yang ditempuh ketika menghadapi orang –orang cerdik dan cendekia. Pendekatan intelektual dengan memberikan pemahaman logis adalah alternatif yang beliau tempuh. 

11. Wisata Alam Bromo

Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Selain di Gunung Bromo kami juga mengunjungi beberapa wisata didaerah ini.Seperti: Bukit Teletubbis, Puncak Seruni, Pasir Berbisik, dan,Kawah Bromo.

BUKIT TELETUBBIS

Gunung Bromo pada permulaanya memiliki dua destinasi wisata favourite, yaitu Sunrise Bromo dan Kawah Bromo. Tapi semenjak di buka pintu masuk melalui Kota Malang melewati jalur Tumpang, maka destinasi favourite Bromo menjadi empat obyek wisata yaitu Sunrise Bromo, Kawah Bromo, Lautan Pasir Bromo dan Bukit Teletubbies. Destinasi terakhir ini langsung mencuri hati wisatawan. 

Hamparan padang rumput yang hijau dan bukit yang berjajar jajar indah sekali di tumbuhi rerumputan yang menyelimuti perbukitan itu mengingatkan pada film anak-anak asal Inggris yang berkibar di tahun 90-an yaitu Teletubbies. Oleh karana itu Bukit ini di namakan Bukit Teletubbies.

Penampakan Bukit Teletubbies di sertai padang savana dibawahnya membuat lokasi ini menimbulkan kesan excotic sehingga sering menjadi tujuan penting bagi pecinta fotografi .

PUNCAK SERUNI

Spot menikmati Gunung Bromo ini dikenal dengan nama Puncak Seruni Point. Merupakan sebuah puncak yang akan membuat siapapun terperangah. Bagaimana tidak, keindahan Gunung Bromo jelas terlihat dari ketinggian. Sempurna dengan gunung lain di sekitarnya. Bahkan jika kita datang pagi-pagi sekali, gumpalan awan di sekitar akan menjadi pemandangan yang memanjakan mata. Seolah berada di kayangan.

Bukan saja Puncak Seruni yang akan membuat istimewa dan penuh kejutan, perjalanannya pun bakal seru. Bagaimana tidak, Saat naik kita harus melalui ratusan anak tangga dan beberapa bordes. Barisan anak tangga ini dibangun cukup megah hingga menyerupai The Great Wall atau Tembok Raksasa di China. Tidak cukup sampai di situ, pemandangan di kanan kiri tembok menjadi nilai tambah selama perjalanan. Seperti hamparan hutan pinus nan menghijau serta udara sejuknya.

Selama perjalanan hingga sampai ke puncak, Kita juga bisa berswafoto dengan langit Probolinggo yang cerah. Momen sunrise dan sunset di tempat ini juga sangat cantik. Alam terbentang luas di sekitar puncak juga dapat membuat foto-foto kita tampak kece dan instagramable. Tidak cukup untuk wisata alam. Puncak yang berada di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo ini juga dirancang untuk wisata sejarah. Ini terlihat dari empat pilar Tugu Brawijaya di Puncak Seruni sebagai pengingat akan kejayaan Kerajaan Majapahit di masa lalu

PASIR BERBISIK

Sebagai bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, menjadi aset wisata yang penting bagi negara. Sebagian besar pengunjung datang ke lokasi untuk menyaksikan kawah yang megah atau mengunjungi tempat wisata menarik lainnya seperti Pasir Berbisik yang dikenal bahkan di kalangan orang asing! Apa itu sebenarnya? Pasir Berbisik adalah daerah berpasir yang luas yang terletak di dekat kawah Gunung Bromo. Nama itu bahkan menjadi judul sebuah film lokal yang disutradarai oleh Nan Achnas, yang populer di tahun 2001.

Lautan pasir, begitulah cara orang asing memanggil Pasir Berbisik. Jadi, apa arti namanya?. Legenda mengatakan ada seorang wanita cantik yang sering berkeliaran di daerah itu dan memiliki pengalaman misterius. Dia mengucapkan kata dan mendengarkan tanah. Setelah beberapa saat, pasir itu berbisik kepadanya secara ajaib. Legenda ini telah diwariskan turun temurun di kalangan penduduk setempat dan juga menarik wisatawan mancanegara.

Ada penjelasan ilmiah tentang legenda tersebut. Bisikan itu berasal dari bunyi angin yang berhembus di permukaan pasir. Gesekan semacam itu menciptakan suara yang unik, yang mirip dengan bisikan seseorang. Angin bahkan meniup permukaan pasir seperti itu dan membuatnya terlihat seperti ombak laut. Fenomena alam seperti itu telah menjadi objek favorit bagi fotografi dan wisatawan sering datang ke Pasir Berbisik untuk menyaksikannya secara langsung. Beberapa penduduk setempat bahkan memanfaatkan tempat untuk melakukan sesi foto pra-pernikahan.

KAWAH BROMO

Kawah Bromo merupakan sebuah kawah dari gunung Bromo yang dapat kita lihat secara dekat dari atas puncak gunung Bromo.Kawah Gunung Bromo banyak wisatawan bilang kawah Bromo ini memiliki garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Gunung Bromo berada di tengah lautan pasir, dan berdekatan dengan gunung batok, Jika dilihat dari atas puncak gunung penanjakan kawah Bromo akan terlihat jelas, karena statusnya masih aktif dan selalu mengeluarkan kepulan asap.

Untuk mencapai Kawah Bromo itu sangat mudah sekali, anda dapat memulainya setelah melihat matahari terbit dari puncak penanjakan atau memulainya dari desa Cemoro lawang. Jika dari lokasi parkiran Jeep setelah menikmati matahari terbit, Anda cukup jalan kaki sekitar 2km menuju kawah gunung Bromo, Akan tetapi jika anda merasa melas untuk berjalan kaki anda dapat menunggang kuda dengan melewati Pura Poten Bromo suku Tengger yang biasanya di gunakan untuk perayaan hari raya Yadnya Kasada atau Upacara Kasodo Bromo, setelah tiba di anak tangga yang berjumlah sekitar 250 an, anda di paksa naik untuk mencapai puncak kawah bromo.

Dari Puncak Kawah Gunung Bromo pengunjung akan menyaksikan fenomena gunung Vulkanik yang masih aktif. Dari puncak kawah bromo ini pula pengunjung dapat melihat hamparan lautan pasir yang sangat luas dan melihat Gunung Semeru yang merupakan Gunung tertinggi di Jawa dengan ketinggian 3.676mdpl.

Konon menurut legenda dan sejarah gunung Bromo berasal dari letusan gunung Tengger dengan ketinggian 4.000mdpl (Salah satu gunung tertinggi dan terbesar), kemudian terjadi letusan besar dan dahsyat sehingga terciptalah sebuah kaldera besar dan lautan pasir, di tengah kaldera tersebut terdapat sebuah Gunung aktif yang di beri nama Bromo (Brahma: Sebuah nama dewa untuk agama hindu)

Kawah Gunung Bromo bagi masyarakat Suku Tengger adalah tempat terakhir untuk melemparkan persembahan bagi dewa Brahma atau tuhan mereka yaitu Syah hyang widhi wasa. Hal ini dilakukan karena merupakan sebuah tradisi Suku Tengger, tradisi ini bisa dibilang dengan sebuah Upacara Kasodo atau Yadya Kasada. Upacara tersebut dilaksanakan oleh suku tengger semata-mata untuk menghormati leluhur mereka. Selain itu upacara kasodo digunakan sebagai cara mengungkapkan rasa terimakasih dan syukur kepada Tuhan karena sudah diberi hasil panen yang melimpah ruah.

Kawah Bromo adalah salah satu objek wisata bromo yang wajib di kunjungi, karena di Gunung Bromo ini anda bisa melihat secara langsung aktifitas kawah Bromo yang masih aktif. Tidak ada salahnya anda merencanakan liburan anda di jawa Timur khususnya ke Bromo untuk melihat fenemona alam yang begitu luar biasa ini.


Api Alam

Bromo


Bromo


Bromo

MAKAM PARA RAJA MADURA ASTA TINGGI

Masjid Raya Tuban

Makam Sunan Bonang

MAKAM SYECH KHOLIL BANGKALAN

MAKAN SIANG DI BANGKALAN

Masjid Raya Tuban


Oleh:
Tim Jurnalistik MA Roudlotul Mutaallimin



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENERIMAAN SANTRI BARU MA ROUDLOTUL MUTAALIMN